Sabtu, 04 Juni 2016

Hubungan memproduksi kemampuan berbicara, pemahaman kemampuan berbicara dan pikiran

A.   1. Pemahaman kemampuan berbicara tentu mendahului memproduksi kemampuan berbicara.

Dalam pembelajaran setiap bahasa di dunia,  anak pertama harus mampu memahami arti dari bahasa sebelum mereka sendiri dapat memproduksinya. Meskipun anak-anak mungkin pada waktu berbicara sesekali atau frase,  biasanya contoh suara menggema diucapkan tanpa tahu akan maknanya. Dasar dari semua bahasa berarti, dan tanpa memiliki kesempatan untuk mendengar dan memahami kata-kata, frase, dan kalimat dalam konteks yang bermakna, anak-anak tidak bisa menghasilkan bahasa yang bermakna.

Anak-anak harus terlebih dahulu dikenalkan ucapan dengan hubungan yang jelas dengan artikel yang dirujuk sebelum mereka sendiri bisa mulai mengatakan ucapan-ucapan. Contohnya Inggris atau Cina, hal ini diperlukan bahwa mereka akan mempelajari bahasa itu. Namun, paparan sederhana tidak cukup untuk akuisisi bahasa terjadi.  Hal ini juga perlu bahwa kemampuan  berbicara anak-anak terkait dengan objek, peristiwa, dan situasi di lingkungan fisik mereka, dan peristiwa subyektif dalam pikiran mereka seperti nyeri, rasa lapar, keinginan. Anak-anak tidak akan belajar bahasa jika semua kemapuan suara berbicara, tidak peduli berapa kali itu diucapkan. Misalnya, jika mendengar suara berbicara /neko/ seratus kali, orang akan memiliki cara untuk mengetahui bahwa itu kucing (di jepang) kecuali ada beberapa petunjuk lingkungan. Bentuk suara dari sebuah kata harus dikaitkan dengan sesuatu yang memberikan petunjuk mengenai maknanya. Tanpa asosiasi suara-yang berari, ucapan belaka bentuk suara merupakan makna komunikatif.

Anak-anak kadang-kadang dapat mengulang kata-kata atau frase yang mereka dengar, tapi ini bukanlah bukti untuk brlajar kecuali suara yang digunakan dalam konteks yang bermakna yang cocok untuk bentuk suara mereka. Hanya ketika suara berbicara yang tepat digunakan dalam situasi apakah ada dasar untuk menyalahkan pengetahuan bahasa untuk pengucap lainnya. Misalnya yang dapat meniru kata-kata bahasa sangat jelas tetapi umumnya mereka tidak dapat melakukannya dalam konteks yang bermakna. Popperberg and Kozak menunjukkan bahwa burung beo bisa belajar sebanyaknya lebih dari kera.

2. Membaca Sebelum Belajar Berbicara

Orang tua selalu mencatat bahwa anak-anak mampu mmahami lebih dari apa yang anak-anak dapat katakan. Steinberg dan steinberg 1975, mereka mengajarkan anak-anak mereka untuk membaca (memahami makna) banyak kata-kata yang tertulis, frase, dan kalimat sebelum mereka bisa mengatakan. Dengan demikian, ia mampu merespon dengan tepat untuk kata-kata dan kalimat, misalnya “membuka pintu” apakah mereka dalam berbicara atau dalam menulis dan bahkan ketika dia sendiri tidak mengatakan kata-kata.

B.    3. Kekurangan relative dari pemahaman pembelajaran

Sayangnya, meskipun kemampuan pemahaman berbicara memainkan peran penting dalam akuisisi bahasa, relative bebberapa penelitian telah dilakukan. Sebagian besar peelitian pemerolehan bahasa menyangkur dengan perkembangan produksi ujaran. Alasa itu sederhana: studi produksi yang lebih mudah untuk dilakukan. Produksi dari proses ujaran, ucapan anak, adalah sesuatu yang dapat diamati langsung sementara produksi dari proses pemahaman, makna, tidak bisa. Seperti meminta anak-anak untuk melakukan tindakan dalam menanggapi permintaan atau untuk menjawab pertanyaan jika mereka dapat. 

Sulit terlibat dalam upaya untuk mengumpulkan data yang relevan dari anak-anak dalam hal ini tidak boleh diremehkan. Mempertimbangkan pengalaman dari beberapa penelitian Brown & Bellugi 1964.

Seorang anak bahkan mungkin tidak menjawab dan lari. Sementara ini sendiri tidak berarti bahwa anak belum paham, para peneliti tidak bisa mendapatkan data yang diinginkan.

Salah satu metode jika pengujian pemahaman digunakan mengukur yang  berhubungan dengan (ERPs) dimana elektroda ditempatkan pada kepala sehingga untuk mengukur aktivitas listrik di otak dalam menanggapi masukan bahasa. Metode lain, yang digunakan oleh Hirsch-Pasek & Golinkoff 1991, 1993. Telah mengikuti preferensi visual anak-anak dengan mengamati mana dari dua layar video mereka menonton dalam menanggapi rangsangan bahasa tertentu. Jika anak lebih suka layar viedo yang menampilkan tindakan yang sesuai dengan kalimat yang anak dengar, mereka berpendapat anak telah menunjukkan beberapa pemahaman (Golinkoff & Hitsch_Pasek 1995.